Saat kulihat langit sore itu, seolah-olah diriku tertarik kembali oleh
sang waktu, memaksa pikiranku untuk kembali membuka lembaran-lembaran memori
masa lalu. Kala itu, pesona angkasa biru bersatu padu dengan cahaya matahari
ynagf kuning kemerahan, sehingga gradasi warna langit pada arah barat begitu
menawan dan sangat sempurna. Tak cukup sampai disitu, hembusan angin nan
lembut, tarian daun-daun di pohon, dan nyanyian kicauan burung-burung kecil
seakan-akan menyambut datangnya pasukan-pasukan burung hitam diangkasa. Kurasa
mereka telah pulang dari penjelajahannya yang penuh tantangan, tapi sangat
mengasyikan!! Pelahan-lahan diriku semakin terbawa suasana, tak ingin beranjak
dari batu besar dibawah pohon Ecalyptus ini. Ketika akhirnya kudengar sayu-sayu
suara Adzan menggema hingga terpantul kedalam gendang telingaku. Ya tuhanku,
itu artinya aku harus segera berlari memasuki asramaku.
Setelah sampai dikamarku, aku langsung memasuki kamar mandi untuk
mengambil air wudhu, kemudian membawa perlengkapan sholat seperti biasan dan
menuju Masjid yang tidak jauh dari asramaku. Teman-teman tahu aku berada
dimana? Ya, aku adalah seorang santri MI kelas 5 disebuah Pesantren di
Indramayu Jawa Barat saat itu.
Kegiatanku disanapun juga sangat beragam. Walau begitu, aku dan
santri-santri lain tidak pernah ketinggalan untuk sholat berjamaah di Masjid.
Itu sudah kewajiban yang harus ditaati oleh santri-santri disana. Bila itu
dilanggar, resikonya pun sangat besar.
Aku termasuk Santri MI angkatan pertama, aku baru beradaptasi
hidup disebuah pesantren ini sekitar 1 bulan yang lalu. Orang tuaku di Jakarta
dan aku tahu, aku harus menjadi anak yang mandiri. Segala masalahku harus aku
selesaikan sendiri, dan apakah teman-teman ingin tahu masalah terbesarku saat
itu? Aku belum lancar dalam membaca al-qur’an.
Ini sungguh ironis tentunya, padahal sejak kecil aku sudah
dibekali pendidikan TPA sebelum memasuki Taman Kanak-kanak. Namun entah mengapa
rasanya lidahku ini belum dapat mengucapkan Makharijul huruf dengan benar.
Jangankan Makharijul huruf, terkadang aku suka lupa bunyi antara huruf Hijaiyah
satu dengan huruf Hijaiyah lainnya. Aku pun sudah dinyatakan lulus bacaan Iqra
oleh Guru mengajiku, akan tetapi dengan syarat aku harus banyak berlatih.
Mungkin saat itu, aku tidak terlalu memperhatikan peringatan Guruku. Aku sudah
sangat senang dan puas telah lulus Iqra. Ternyata aku salah besar telah merasa
puas seperti itu. Aku sungguh sangat menyesal tidak banyak berlatih. Namun
penyesalan itu sudah terlambat. Kini posisiku sebagai seorang santri di sebuah
pesantren, akan membuatku semakin dihantui perasaan terpojok hanya karena belum
lancar membaca al-qur’an. Sederhana memang rasanya, tapi menurutku ini sebuah
masalah berat. Dimana semua teman-temanku mempunyai kemampuan ini dengan mudah,
dan sudah sangat umum dimiliki banyak orang seusiaku, bahkan anak yang usianya
lebih muda dariku juga sudah banyak menguasai kemampuan membaca al-qur’an
dengan fasih dan benar. Sedangkan aku? Sungguh memalukan! Aku yang seorang
muslim, untuk membaca kitab suciku saja masa tidak bisa!? Aku malu pada diriku
sendiri, terutama kepada tuhanku, ya Allah… tolonglah aku. Aku ini hambamu yang
sungguh sangat bodoh!!
Aku binggung mencari solusi masalahku sendiri. Aku tidak berani
mengatakan masalahku ini kepada orang lain. Orang lain disini hanya Ustad dan
Ustadzahku serta teman-temanku. Aku takut jika mereka tahu tentang hal ini,
mereka akan menjauhi dan mengolok-olok diriku. Terbayang sudah segala yang
buruk-buruk dibenakku. Ini sangat menghambat dan meresahkan hatiku, hingga
puncak keteganganku terjadi.
Pada hari itu, ada jadwal pelajaran Al-qur’an dan Hadist. Biasanya
Ustadzahku hanya membahas tentang ilmu Tajwid dan latihan mengartikan setiap
kata-kata atau kalimat yang terdapat didalam ayat-ayat al-qur’an. Namun kali
ini berbeda, Ustadzahku akan mengambil nilai kemampuan membaca al-qur’an
santri-santri dikelasku. Pemberitahuan yang mendadak ini, sangat membuatku
terkejut! Betapa tidak? Inilah ketakutan terbesarku!!
Beruntung, Ustadzahku memanggil kami satu per satu sesuai dengan
absen kelas atau menurut alphabet. Namaku berinisial “M” dan nomor urut absenku
28 saat itu. Sungguh! Aku sangat panik dan jantungku berdetak kencang. Aku tak
tahu apa yang harus aku lakukan. Kupandangi semua teman-temanku, mereka
terlihat biasa-biasa saja, dan menurutku wajah mereka sangat bebas, santai,
sesantai berlibur di Pantai. Oww... bagaimana ini? “Ya Allah… kumohon tolonglah
aku”. Hanya itu kata-kata yang dapat aku ucapkan dalam hati. Aku tahu pasti,
saat itu wajahku sudah sangat pucat dan hatiku pun sudah sangat pasrah! Apa
yang akan terjadi selanjutnya??
Kriiiiingg..!!! nyaringnya bunyi bel pertanda pelajaran Al-qur’an
dan Hadist dikelasku telah usai, dan bersiap-siap untuk Sholat Dzuhur berjamaah
di Masjid. Seketika itu juga tubuhku langsung lemas, rasanya sel-sel dan
persendian didalam tubuhku tak berfungsi lagi, dan rohku melayang entah kemana.
“Alhamdulillah..!!! terima kasih ya Allah, engkau selamatkan lagi diriku”.
Ya hari itu adalah hari yang paling menegangkan bagiku. Akan
tetapi rasa santai yang baru menghampiriku, muncul hanya dalam waktu beberapa
detik saja kini terbang dan menghilang lagi, ketika Ustadzahku mengumumkan
pengambilan nilai membaca al-qur’an dilanjutkan minggu depan. Oohh… lengkaplah
sudah kegelisahan dan kegundahanku. Aku harus segera menemukan jalan keluarnya!
Disepanjang perjalanan pulang menuju asrama, aku segera memutar otak. Bagaimana
caranya menyelesaikan ini semua? Aku malu dan sangat takut, aku akui selama 1
bulan disana, aku menghafal Juz amma’ atau biasa disebut Tahfidz Qur’an dengan
tulisan latinnya yang biasa terdapat dibawah setiap ayat dalam sebuah surat.
Sudah pasti itu lebih mudah dan sangat membantuku dalam kegiatan Tahfidz Qur’an
ini. Tapi sekarang aku tidak dapat menghindar dari tugasku. Terlebih lagi tugas
ini akan dimasukan nilai. Dalam membaca rangkaian huruf-huruf Hijaiyah yang
beliku-liku, dengan beberapa titik-titik dibawah ataupun diatas huruf,
sebenarnya aku tidak terlalu buruk. Hanya saja, aku masih sering keliru dan
pusing jika melihat huruf-huruf Hijaiyah yang saling berantai itu. Seharusnya itu
masalah yang tidak terlalu sulit dihadapi, jika punya semangat belajar yang
tinggi, keinginan untuk bisa membaca al-qur’an dengan baik dan benar, Keyakinan
yang besar untuk berhasil dan tentunya adanya orang yang membimbing. Nah inilah
kesulitannya! Aku tidak tahu siapa yang bisa membimbingku? Sementara kedua
orang tuaku berada di Jakarta. Rasa Maluku terlalu dan sangat besar hingga
mematikan semua keyakinan dan semangatku untuk belajar membaca al-qur’an. Akan
tetapi apa boleh buat, akhirnya pun aku memutuskan untuk belajar membaca
al-qur’an dengan teman-teman sekamarku. Tentu saja, aku tidak secara langsung
membuka rahasia sekaligus aib terbesarku ini. Aku meminta mereka mengajari atau
membimbingku membaca al-qur’an dengan alasan aku belum terlalu lancar dalam hal
ini, dan apakah yang terjadi pada saat itu? Diluar dugaanku, mereka dengan
senang hati mau menerima permintaan yang menurutku sangat memalukan ini.
“Tenang aja Medina! Kita pasti bantu masalah kamu kok, dan gak akan kasih tau
siapa-siapa”. Sahut salah satu dari temanku. Duuh.. rasanya saat itu hatiku
sangat lega, senang, terharu dan bahagia. Ibarat seorang tersesat didalam Gua
yang sangat gelap gulita, melihat secercah titik cahaya terang yaitu sebuat
jalan keluar. “Ohh.. terima kasih ya Allah, engkau selalu menolong dan
mengabulkan segala doaku”.
Hari demi hari kujalani, setiap malam sehabis Sholat Isha
berjamaah di Masjid. Aku segera menyusul teman-teman sekamarku untuk belajar
membaca al-qur’an dikamarku. Aku bersyukur mempunyai teman-teman yang sungguh
sangat baik dan pengertian pada masalahku ini. Ternyata selama ini, aku selalu
berfikir negatif kepada mereka. Aku belajar banyak saat ini, betapa berartinya
teman bagi diriku. Tak sia-sia aku hidup dipesantren yang penuh dengan
kebersamaan. Kebersamaan itu indah sekali! Karena merekalah, aku dapat
menyelesaikan masalah terbesarku ini. Terima kasih teman-teman…
Tak terasa sudah seminggu aku melaksanakan proses belajar membaca
al-qur’an dengan lancar dan baik dibawah bimbingan teman-temanku. Hebatnya
lagi, mereka mengajariku tanpa mereka bosan dan bukanlah suatu beban bagi
mereka. Mereka sangat senang dapat membantuku, aku pun terasa lebih santai dan
lebih mudah mengerti jika dibimbing oleh mereka, dibandingkan jika belajar oleh
guru mengajiku dulu. Tidak ada rasa tegang ataupun gugup yang biasanya ada
padaku ketika sedang membaca al-qur’an. Ini merupakan pengalamanku yang cukup
berkesan dan penuh dengan hikmah, juga sangat bermanfaat bagiku. Akhirnya aku
dapat membaca huruf-huruf Hijaiyah dengan benar, tidak hanya didalam ayat-ayat
al-qur’an, aku juga semakin mengerti tulisan ataupun latihan-latihan yang
diberikan oleh Guru Bahasa Arabku. Aku sangat tidak menyangka, ternyata ilmu
membaca al-qur’an itu sangatlah luar biasa! Masih jelas teringat olehku nilai
yang diberikan untukku oleh Ustadzah dalam tes membaca al-qur’an kemarin.
Alhamdulillah cukup memuaskan bagiku yang sudah sangat panik dalam jangka waktu
seminggu itu, angka delapan tertulis pada daftar nilai Pelajaran Al-qur’an dan
Hadistku.
Aku semakin ingin tahu banyak tentang ilmu-ilmu yang terkandung
didalam al-qur’an, saat Ustadzah menerangkan dan menjelaskan tentang ilmu-ilmu
tajwid, cara menulis huruf-huruf Hijaiyah yang benar, dan makna yang terdapat
disetiap ayat al-qur’an. Menurutku makna ayat al-qur’an sangatlah luar biasa
hebatnya! Kata Ustadzah, ilmu al-qur’an itu adalah ilmu yang paling
menakjubkan. Sumber dari segala sumber ilmu yang ada. Kunci dan pedoman hidup
bagi manusia di dunia maupun di akhirat nanti. Oh ya! Baruku sadari sesungguhnya
al-qur’an itu adalah kalam Allah SWT. kalam tuhan semesta alam yang
diperuntukan khusus untuk manusia, sebagai makhluk yang sempurna. Aku baru
menyadarinya! Tanpa al-qur’an maka hidup kita akan tersesat selama-lamanya. Aku
bertekad dalam hati, untuk menomorsatukan ilmu ini. Ilmu al-qur’an adalah ilmu
kemenangan dan keselamatan umat manusia, ilmu yang terlahir sejak 14 abad
silam.
Inilah sepenggal pengalamanku yang terlintas sore ini. Matahari
semakin menenggelamkan dirinya, cahayanya pun semakin redup. Tiba-tiba.. “Kak!
Ayo cepetan kita Sholat Maghrib berjamaah, terus langsung ajarin kita Iqra!”.
Teriakan adikku membuat lamunan soreku buyar, “Ya! Jawabku singkat”. Kini aku
sudah dapat menjadi seorang Guru bagi mereka. Aku tidak mau adik-adikku mengalami
hal yang pernah ku alami dulu. Aku ingin mereka berhasil seperti teman-temanku
dulu. Aku ingin adikku bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.
Tak kusangka sudah 3 tahun yang lalu usia pengalamanku itu. Tak
bisa kulupakan, itulah masalah pertama yang dapat kuselesaikan ketika aku masih
sekolah di pesantren. Tanpa bantuan keluargaku, mungkin sampai sekarang aku
tidak bisa membaca al-qur’an dengan baik dan lancar. Aku menggangap bahwa
teman-temanku adalah sebagai keluargaku disana.
Setelah selesai membimbing adik-adikku belajar membaca Iqra. Aku
segera menyiapkan buku-buku pelajaran untuk besok sekolah. Tak lupa membawa
al-qur’an kecilku. Disekolahku yang sekarang aku biasa memimpin teman-temanku
tadarus pagi-pagi sebelum belajar dimulai. Aku senang bisa dipercaya untuk hal
ini, tapi aku tidak ingin puas sampai disini. Sungguh! sampai saat ini pun aku
masih harus banyak belajar dan berlatih lebih giat lagi.
Masih banyak lagi sesungguhnya rahasia-rahasia yang terkandung dalam
al-qur’an lho!! Nah, mulai sekarang marilah kita coba untuk lebih mencintai
al-qur’an. Jangan meremehkan kitab suci kita, insya Allah, banyak manfaat yang
kita dapatkan. Bagi teman-teman yang belum bisa atau masih kurang lancar dalam
membaca al-qur’an, janganlah putus asa, terlebih malas-malasan untuk belajar
al-qur’an. Belajar al-qur’an atau mengaji itu sangatlah penting! Yuk.. mari
kita bersama-sama tingkatkan kemampuan membaca al-qur’an! Jangan mau kalah
dengan anak muslim diseluruh dunia! Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan!!
Mulai hari ini, detik ini kita semua sedang bersaing dengan semua anak-anak
dibumi ini, untuk mencapai kemenangan dan keberhasilan dimasa depan..!!!
(Medina Putri - Alumni tahun 2010)